Berkorban Sebagai tindakan Iman
Oleh: Daniel Susanto S.Th
Ibr. 11 : 3, 6b
Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat. (ay.3)…. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. (ay. 6b)
Kata “Beriman” dan “Berkorban” tidak dapat dipisahkan. Sebab, tidak ada orang yang sungguh-sungguh beriman tanpa ia berkorban dan seseorang menjadi mau berkorban karena ia beriman.
Hari ini, kita akan belajar mengenai hal tsb, melalui Kitab Ibrani. Kitab Ibrani ditulis untuk menyatakan tentang keutamaan Kristus bagi mereka yang ingin mengembalikan Kekristenan kepada legalisme Yudais. Penulis kitab Ibrani mengingatkan kepada para “pendengarnya” ( jelaskan mengapa para pendengar ). Melalui pengorbanan para Patriakh dan Nabi Israel yang juga telah berkorban karena imannya.
Sepanjang sejarah “Keselamatan” atau “sejarah para tokoh iman,” tidak ada satupun dari mereka yang terluput dari “berkorban” karena iman mereka.
Korban yang mereka persembahkan adalah: Rasio – Intelektual, Waktu, Tenaga, Perasaaan, Materi – Kedudukan, Bahkan Nyawa mereka.
Namun pada malam hari ini kita hanya akan melihat satu dari bentuk pengorbanan karena iman tersebut; Pengorbanan Ratio – Intelektual.
Tetapi perlu digarisbawahi, saya tidak bermaksud membuat jemaat menjadi orang-orang yang irasional – anti intelektual. Alkitab mengatakan kita harus mengasihi Allah dengan segenap akal budi. Dan di dalam mewujudnyatakan Keluarga Unggul, seperti Visi yang telah Tuhan berikan kepada Pastor. Salah satu hal yang terkandung didalamnya adalah kita harus menjadi cerdas, khususnya cerdas mengenai Firman Tuhan.
Alasan saya mengapa mengajak kita merenungkan tentang mengorbankan rasio kita adalah karena saya merasa jika rasio kita, telah kita taklukkan di dalam kebesaran Tuhan, maka ketika suatu saat kita dituntut untuk mengorbankan hal-hal yang lain; waktu, tenaga-perasaan, kedudukan bahkan nyawa kita, tentunya kita akan selalu siap memberikannya bagi kemuliaan Tuhan.
Peter Kreeft & Ronald K. Tacelli mengatakan:
Oleh karena Allah menciptakan Keberadaan kita, maka kita berhutang kepada Allah untuk segala sesuatu. Tidak ada satupun yang menjadi milik kita – baik waktu, uang ataupun rasio kita.
Korban : Rasio – Intelektual (Ibr. 11:3, 6)
Dalam Ilmu Biologi ada dua aliran ; abiogenesis dan biogenesis. aliran abiogenesis mengembangkan pemikiran tentang “Generatione Spontane” mereka mengatakan bahwa mahluk hidup ini terjadi dengan sendirinya........dari aliran biogenesis, kita mendapat istilah “Omne Vivum Ex Vivo, Omne Ovum Ex Vivo.” (mahluk hidup berasal dari mahluk hidup lain). Generasi berikut dari aliran abiogenesis inilah kemudian mengembangkan sebuah teori evolusi.
Bagi sebagian ilmuwan juga mengatakan tentang
“kekekalan zat” dan dalam sebuah zat terdapat energi yang kekal? Lalu bagaimana dengan keadaan saat ini, semua belahan dunia mengalami krisis energi. Oleh karena itu kita tidak ingin menyebut Allah kita sebagai suatu zat. Sebab zat bersifat tidak kekal. Tapi Allah adalah Roh yang ber-Pribadi yang hidup dan memberi hidup. Itulah Kesaksian dari Firman Allah (Alkitab).
Tadi sempat disinggung; Ketika kita dapat menyerahkan rasio kita sebagi korban kepada Allah, maka kita pun dapat mempersembahkan hal selanjutnya, seperti yang para tokoh iman lakukan:
Waktu (Ibr. 11: 5-7)
Henokh, seluruh waktu hidupnya bagi Tuhan
Nuh, waktunya dipersiapkan utk membangun
Bahtera
Abraham, menantikan janji keturunan dgn waktu
yang sangat lama
Tenaga – Perasaan (Ibr. 11:7 - 11)
Nuh, diejek oleh orang-orang yang hidup dizamannya
Sarah dan Abraham, sarah diejek oleh Hagar, Abraham diuji ketika Ishak harus dikorbankan
Ayub, diejek oleh teman-temannya
Musa, diejek oleh bangsanya
Bahkan Tuhan Yesus diejek dan ditinggalkan muridNya ketika peristiwa salib
Materi – Kedudukan (Ibr. 11: 24 – 27)
Musa, meninggalkan Mahkota Mesir demi bangsanya
Tuhan Yesus, menjelma manusia
Bahkan, Nyawa (Ibr. 11:32 – 40) ….
Aplikasi.
Jika saat ini, di antara kita ada yang sedang diperhadapkan dengan sebuah masalah, dan menurut pemahaman kita, tidak masuk akal. Serahkanlah segala pemikiran dan rasio kita kepada Tuhan Yesus.
Apapun masalah saudara, barangkali ada yang menantikan janji Allah dan sampai saat ini belum tergenapi. Pikiran saudara mulai menganggu dan iman saudara mulai bimbang… datanglah kepada Tuhan dengan menyerahkan setiap yang anda pikirkan kepada-Nya.
Mungkin ada diantara kita juga, ada yang telah melakukan hal yang terbaik untuk, keluarga, dan orang lain. Namun anda masih dituntut lebih banyak lagi. Sehingga perasaan anda terluka. Datanglah kepada Tuhan saat ini.
Perhatikanlah ayat-ayat berikut ini:
Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini. (ay.13)
Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik. (ay.39)
Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan. (ay. 40)
Apakah janji tersebut: Tanah Perjanjian Sorgawi ! Mereka belum melihatnya. Bahkan dalam penantian janji itu, ajal mendahului mereka. Namun iman mereka tidak gugur.
Penutup.
Oleh karena itu, sekali lagi saya mengajak kita semua untuk datang kepada dia, bawalah korban kita saat ini; rasio, waktu, perasaan dll di dalam doa yang kita naikkan Kepada Tuhan sebagai perwujudan iman kita kepada-Nya. Amin…..