Hi, guest ! welcome to Livebebetter!. | About Us | Contact | Register | Sign In

Jumat, 14 Mei 2010

Buku bagus yang akan membuka cakrawala berpikir kita tentang permasalahan Palestina-Israel dengan sangat objektif

Identitas Buku
Judul : Semata-mata Keadilan
Subjudul : Visi Perdamaian Seorang Kristen Palestina
Penulis : Naim Stifan Ateek
Ukuran : 14.5 x 21 cm
Tebal : 276 (xvi + 260) hlm
ISBN : 978-979-687-624-2
Kode buku : 10.06.02.31.00

Isi Buku
1. DAFTAR ISI:
Pengantar
Ucapan Terima Kasih
Pendahuluan: Berbagai Dimensi Konflik
1. Perjumpaan
2. Sebuah Arena Perselisihan: Latar Belakang Politis-Historis
3. Menjadi Orang Palestina dan Orang Kristen di Israel
4. Alkitab Dan Pembebasan: Sebuah Perspektif Orang Palestina
5. Jeritan Orang Palestina Untuk Keadilan Dan Belas Kasih
6. Berbahagialah Mereka Yang Membawa Damai: Nubuatan Dan Upaya Pendamaian Yang Sangat Penting Dari Gereja
7. Sebuah Mimpi Tentang Damai: Visi Seorang Palestina
8. Keadilan, Dan Hanya Keadilan: Sebuah Permohonan Terakhir
Catatan Akhir
Bibliografi
Tentang Penulis

2. Gambaran isi buku:
Buku ini berisi renungan dan informasi mengenai keberadaan orang-orang Kristen Palestina yang sering kali diabaikan dunia dalam konflik Arab-Israel. Ia memprotes sikap banyak orang Kristen—terutama kaum fundamentalis—di Barat yang membenarkan keberadaan dan kebijakan Israel seakan-akan hal itu sesuai dengan kehendak Allah. Namun ia juga bersikap pragmatis sehubungan dengan masalah Arab-Israel, di mana ia menganjurkan pembentukan negara Palestina yang berdampingan dengan negara Israel menurut terang Alkitabiah.

3. Teks Backcover:
“Semata-mata keadilan, itulah yang harus kaukejar, supaya engkau hidup dan memiliki negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu.”
Ulangan 16:20

Salah satu konflik paling tragis pada abad ke-20, dan sayangnya masih terus berlangsung, adalah pertikaian antara Israel dan Palestina. Konflik ini telah menarik perhatian dunia karena dimensinya yang kompleks—politik, keaga¬maan, historis, dan emosional—dan penuh dengan berbagai sentimen yang menolak tun¬duk pada nalar dan logika.
Dalam buku ini, Naim Stifan Ateek menjelaskan hakikat persoalan rakyat Palestina dan berusaha menguraikan masalah-masalah krusial yang terjadi di sana. Ia merupakan orang pertama yang menyam¬pai¬kan ide tentang teologi pembebasan Palestina dan meletakkan dasar bagi suatu teologi yang ditujukan bagi konflik Palestina.

Melalui buku ini, penulis mengajak kita untuk menyelami konflik tersebut dalam berbagai dimensinya. Kita juga dapat belajar untuk hidup damai dan belajar bertindak adil kepada sesama saudara—perempuan dan laki-laki—anak-anak dari Allah yang Maha Esa, yang menciptakan dan memilih kita semua.

Dr. Naim Stifan Ateek adalah pendiri dan ketua Sabeel Ecumenical Liberation Theology Center, sebuah pusat teologi ekumenis di Yerusalem yang didirikan untuk berjuang demi kemerdekaan Palestina. Ia menyadari diri sebagai seorang Palestina, Kristen, rohaniwan Anglikan, dan seorang waga dari Negara Israel. Buku lain tentang konflik Palestina yang ditulisanya adalah A Palestinian Christian Cry for Reconcilliation.

4. Keunggulan Buku
Memaparkan pandangan langka dari sudut pandang orang Kristen Palestina dalam konflik Palestina-Israel, sesuatu yang jarang ditemukan dalam literatur Indonesia.




5. Tentang Penulis
Doktor Naim Stifan Ateek adalah pendiri dan ketua Sabeel Ecumenical Liberation Theology Center, sebuah pusat teologi ekumenis di Yerusalem yang didirikan untuk berjuang demi kemerdekaan Palestina.
Ia dilahirkan di Beisan (Beth Shean) dan baru berusia 11 tahun ketika kaum Zionis menduduki kotanya pada tanggal 12 Mei 1948. Dua hari kemudian Negara Israel diproklamasikan dan empat belas hari setelah peristiwa itu, Beisan harus dikosongkan. Ia dan keluarganya dipindahkan secara paksa ke Nazaret, yang kemudian juga dikuasai tentara Yahudi pada tanggal 19 Juli 1948.
Pada tahun 1959, ia meninggalkan Nazaret menuju Amerika Serikat untuk mengambil gelar sarjana dan menjadi seorang pendeta. Enam tahun kemudian ia diwisuda, lalu kembali ke Nazaret untuk ditahbiskan dan memulai pelayanan di tengah bangsanya. Ia mengajar di Nazareth Baptist dan banyak memberi kuliah baik di dalam maupun di luar negeri.
Ia menyadari diri sebagai seorang Arab, seorang Palestina, seorang Kristen, rohaniwan Anglikan, dan seorang warga dari Negara Israel. Ia merupakan orang pertama yang menyampaikan ide tentang teologi pembebasan Palestina dalam bukunya, Semata-mata Keadilan. Buku ini meletakkan dasar bagi suatu teologi yang ditujukan bagi konflik Palestina serta mengungkap berbagai dimensi secara politis, biblis, dan teologis. Buku lain tentang konflik Palestina yang ditulisnya adalah A Palestinian Christian Cry for Reconciliation.

Pembuka Cakrawala berpikir mengenai konflik Timur Tengah (Palestina -Israel), secara lugas, komprehensif, tajam dan terpercaya

Dalam Facebook ini ada group yang mengajak semua member untuk berpartisipasi menolak penutupan dan pengrusakkan gereja. Banyakyang join ke dalam group tersebut (termasuk saya). Namun barangkali jika penutupan dan pengerusakan tersebut dilakukan oleh Israel Modern (Yudaisme Zionis saat ini dan sekutunya Zionis Kristen) apakah kita juga akan menunjukkan reaksi yang sama? Apakah kita akan membuat group untuk menentang hal tersebut atau malah mendukungnya????



Buku Gary M. Burge, Palestina Milik Siapa. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010. memberikan informasi dan data-data yang akurat tentang permasalahan yang terjadi di Palestina dengan seobjektif mungkin dari sudut pandang Seorang Pendeta Injili yang pernah Hidup dan tinggal di Yerusalem dan memiliki teman-teman dari Palestina. Sekaligus mengajak semua Hamba Tuhan (Pendeta), Majelis, jemaat umumnya mengevaluasi Kekristenannya kembali. Juga mengajak masyarakat umum untuk menilai dengan objektif bahwa Yudaisme dan Zionis Kristen berbeda dengan Iman Kristen yang sejati.

Buku yang sangat baik mendorong kita untuk bersolidaritas bagi Rakyat Palestina (yang notabene banyak diantara mereka pengikut Kristus) yang tertindas. Setiap tahun banyak peziarah berkunjung ke situs-situs bersejarah di Palestina-Israel. Namun penilaian mereka menjadi subjektif karena rute perjalanan dikondisikan oleh tentara Israel, agar para peziarah tidak dapat berjumpa dengan saudara-saudara seiman mereka yang tertindas oleh Pemerintah Israel.

Dengan mebaca buku ini, saya berharap kita bisa lebih mengasihi kedua bangsa tersebut; Agar Tuhan menunjukkan keadilanNya kepada Rakyat Palestina dan Israel...dan kita dapat belajar banyak serta mengevaluasi dan merekontruksi kembali Teologia Dispensasional yang melahirkan gerakan Zionis Kristen. Sehingga kita dapat berteologia di bumi Indonesia ini yang mana memiliki Pluralitas sosio-masyarakat yang komplek..

Tuhan memberkati kita semua.