Sikap Optimis meniadakan sisi Kehendak Allah ???????
“OPTIMIS” Kata tersebut
saat ini seringkali muncul dan digunakan sebagai lawan dari sifat pesimis. Jika kita sering menghadiri seminar-seminar
motivasi, seperti halnya dalam training perekrutan tenaga marketing (MLM, asuransi,
properti, dll). Para motivator akan menstimulus
pikiran dan emosi kita dengan kata “optimis.”
“Agar kita berhasil harus optimis!” “ Jika berhadapan dengan hambatan harus
optimis!” “Sales Point belum tercapai tetap Optimis!” “Ingin memiliki masa depan yang cemerlang
berpikir dan bertindaklah dengan optimis!” Dsb. Kira-kira
seperti itulah para motivator berbicara.
Bukan hanya para motivator di seminar saja yang
menyarankan untuk bertindak dan berpikir secara optimis. Para pengkhotbah di gereja pun selalu
mengatakan kepada para jemaat agar memiliki sikap yang optimis. Dengan alasan bahwa iman adalah sesuatu yang digambarkan
dan bersifat optimis. Jika ingin dijawab
doanya harus memiliki “iman yang optimis,” jika ingin terlepas dari belenggu
persoalan harus memiliki iman yang optimis.
Tidak salah memang kita memiliki sikap yang optimis. Namun kita juga harus bersikap kritis terhadap diri kita sendiri berhubungan dengan kata "optimis" tersebut. Sikap optimis yang kita miliki
harus difilter dengan Firman Allah sendiri tentunya. Sebab jika tidak, justru kita terjebak dalam
memaksakan keinginan kita daripada keinginan-Nya.
Firman Tuhan dalam
Yakobus 4:13-15 mengatakan demikian:
Yakobus 4:13-15
13 Sekarang bagi kamu, hai
orang-orang yang berkata, "Hari ini atau besok, kami akan pergi ke kota
anu; kemudian kami akan menetap di sana setahun lamanya dan akan berdagang
serta memperoleh keuntungan," 14
padahal kamu tidak mengetahui apa yang akan terjadi pada hari esok.
Apakah arti hidupmu? Kamu sama seperti uap, kelihatan seketika saja lamanya,
kemudian lenyap. 15 Seharusnya kamu berkata, "Insya Allah إن شاء اللهkami akan hidup
dan akan berbuat begini atau begitu."
(terjemahan Kitab Suci
Injil 2008 / i_SB2008) [Terjemahan Baru LAI menggunakan kalimat “jika Tuhan
menghendakinya”]
13هَلُمَّ الآنَ أَيُّهَا الْقَائِلُونَ:«نَذْهَبُ الْيَوْمَ أَوْ غَدًا
إِلَى هذِهِ الْمَدِينَةِ أَوْ تِلْكَ، وَهُنَاكَ نَصْرِفُ سَنَةً وَاحِدَةً
وَنَتَّجِرُ وَنَرْبَحُ». 14أَنْتُمُ الَّذِينَ لاَ تَعْرِفُونَ أَمْرَ
الْغَدِ! لأَنَّهُ مَا هِيَ حَيَاتُكُمْ؟ إِنَّهَا بُخَارٌ، يَظْهَرُ قَلِيلاً
ثُمَّ يَضْمَحِلُّ. 15عِوَضَ أَنْ تَقُولُوا:«إِنْ
شَاءَ الرَّبُّ وَعِشْنَا نَفْعَلُ هذَا أَوْ ذَاكَ»
(Arabic Bible, Copyright
1998-2005. P.O. Box 486, Dracut, MA 01826 USA / http://www.arabicbible.com/arabic-bible.html)
Yang menjadi
perhatian saya adalah dalam Alkitab i_SB2008,
memakai kata “Insya Allah” [ teks
Yunani menggunakan kata θεληση = Theleesee]. Dimana
pada umumnya kalangan Kristiani “alergi” dengan kata tersebut (kalau saya boleh
katakan demikian). Oleh sebab dalam kata
tersebut terkesan mengandung sikap pesimis, kurang iman, kurang yakin dll.
Namun setelah
merenungkan bagian dari Firman Tuhan tersebut, saya pribadi memperoleh sebuah pencerahan
bahwa di dalam kata “Insya Allah” mengandung makna yang sangat dalam. Kata tersebut mendeskripsikan sebuah
penyerahan total akan kehendak Tuhan Sang Empunya Hidup dan Sumber Hidup yang
telah menciptakan Alam Semesta, tempat di mana kita umat manusia melangsungkan
kehidupannya.
Bukankah Tuhan Yesus
ketika di dalam kemanusiaanNya, Ia berdoa juga mengatakan
"Ya Bapa-Ku jikalau
cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-(θελημα
= Theleema) Mu!" Matius 26:42
dan dalam doa
yang di ajarkan oleh Tuhan Yesus, Ia
mengajarkan kepada kita
“…, jadilah kehendak- (θελημα
= Theleema) Mu di bumi seperti di
sorga.” Matius 6:10
Sikap Optimis
seperti apa yang harus kita miliki???
Optimis yang
benar adalah sebuah sikap yang tetap memberikan porsi Kehendak dan Kedaulatan
Allah di dalam setiap aspek hidup kita.
Baik itu mengenai cita-cita, rencana jangka pendek – panjang dari hidup
kita, dsb.
Tidak ada
salahnya kita memiliki harapan dan angan-angan atau cita-cita untuk masa depan
kita. Saya 100 % setuju jika kita
memiliki rencana-rencana untuk masa depan kita.
Sebab memang masa depan harus
kita rencanakan. Tetapi jika sesuatu
terjadi, ada interupsi Illahi dalam hidup kita tidak semestinya kita menjadi
menyalahkan diri sendiri atau bahkan menjadi putus asa dan putus harapan.
Justru, dengan
bersikap optimis kita menempatkan posisi kita di dalam ”ruang kerja” Allah.
Kita tidak perlu kuatir jika usaha atau mengalami hambatan atau
kesulitan-kesulitan terus datang di dalam kehidupan kita akan selalu ada
pertolongan bagi kita dari tempat yang Maha Tinggi.
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut
bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang
mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”
Roma 8:28
Sebaliknya setiap
keberhasilan atau kesuksesan yang kita
peroleh, janganlah menjadikan kita takabur, tinggi hati dan bersikap arogan. Sebab jika Tuhan tidak menghendakinya
tentunya kita tidak akan dapat memperolehnya.
Akhirnya, bagi
para pembaca sekalian saya berdoa Insya Allah hidup anda selalu dalam
lindungan-Nya dan anda akan terus memperoleh berkat-berkat-Nya yang luar
biasa. Amin