Hi, guest ! welcome to Livebebetter!. | About Us | Contact | Register | Sign In

Rabu, 13 Juni 2012

Sikap Optimis meniadakan sisi Kehendak Allah ???????


Sikap Optimis meniadakan sisi Kehendak Allah ???????
Daniel Susanto S.Th


“OPTIMIS”  Kata tersebut saat ini seringkali muncul dan digunakan sebagai lawan dari sifat pesimis.  Jika kita sering menghadiri seminar-seminar motivasi, seperti halnya dalam training perekrutan tenaga marketing (MLM, asuransi, properti, dll).  Para motivator akan menstimulus pikiran dan emosi kita dengan kata “optimis.”  “Agar kita berhasil harus optimis!”  “ Jika berhadapan dengan hambatan harus optimis!” “Sales Point belum tercapai tetap Optimis!”  “Ingin memiliki masa depan yang cemerlang berpikir dan bertindaklah dengan optimis!”  Dsb.  Kira-kira seperti itulah para motivator berbicara.

Bukan hanya para motivator di seminar saja yang menyarankan untuk bertindak dan berpikir secara optimis.  Para pengkhotbah di gereja pun selalu mengatakan kepada para jemaat agar memiliki sikap yang optimis.  Dengan alasan bahwa iman adalah sesuatu yang digambarkan dan bersifat optimis.  Jika ingin dijawab doanya harus memiliki “iman yang optimis,” jika ingin terlepas dari belenggu persoalan harus memiliki iman yang optimis. 

Tidak salah memang kita memiliki sikap yang optimis.  Namun kita juga harus bersikap kritis terhadap diri kita sendiri berhubungan dengan kata "optimis" tersebut.  Sikap optimis yang kita miliki harus difilter dengan Firman Allah sendiri tentunya.  Sebab jika tidak, justru kita terjebak dalam memaksakan keinginan kita daripada keinginan-Nya.

Firman Tuhan dalam  Yakobus 4:13-15 mengatakan demikian:
Yakobus 4:13-15
13  Sekarang bagi kamu, hai orang-orang yang berkata, "Hari ini atau besok, kami akan pergi ke kota anu; kemudian kami akan menetap di sana setahun lamanya dan akan berdagang serta memperoleh keuntungan," 14  padahal kamu tidak mengetahui apa yang akan terjadi pada hari esok. Apakah arti hidupmu? Kamu sama seperti uap, kelihatan seketika saja lamanya, kemudian lenyap.  15  Seharusnya kamu berkata, "Insya Allah   إن شاء اللهkami akan hidup dan akan berbuat begini atau begitu."  
(terjemahan Kitab Suci Injil 2008 / i_SB2008) [Terjemahan Baru LAI menggunakan kalimat “jika Tuhan menghendakinya”]
13هَلُمَّ الآنَ أَيُّهَا الْقَائِلُونَ:«نَذْهَبُ الْيَوْمَ أَوْ غَدًا إِلَى هذِهِ الْمَدِينَةِ أَوْ تِلْكَ، وَهُنَاكَ نَصْرِفُ سَنَةً وَاحِدَةً وَنَتَّجِرُ وَنَرْبَحُ». 14أَنْتُمُ الَّذِينَ لاَ تَعْرِفُونَ أَمْرَ الْغَدِ! لأَنَّهُ مَا هِيَ حَيَاتُكُمْ؟ إِنَّهَا بُخَارٌ، يَظْهَرُ قَلِيلاً ثُمَّ يَضْمَحِلُّ. 15عِوَضَ أَنْ تَقُولُوا:«إِنْ شَاءَ الرَّبُّ وَعِشْنَا نَفْعَلُ هذَا أَوْ ذَاكَ»
(Arabic Bible, Copyright 1998-2005. P.O. Box 486, Dracut, MA 01826 USA / http://www.arabicbible.com/arabic-bible.html)

Yang menjadi perhatian saya adalah dalam Alkitab i_SB2008,  memakai kata “Insya Allah”  [ teks Yunani menggunakan kata θεληση = Theleesee].   Dimana pada umumnya kalangan Kristiani “alergi” dengan kata tersebut (kalau saya boleh katakan demikian).  Oleh sebab dalam kata tersebut terkesan mengandung sikap pesimis, kurang iman, kurang yakin dll.
Namun setelah merenungkan bagian dari Firman Tuhan tersebut, saya pribadi memperoleh sebuah pencerahan bahwa di dalam kata “Insya Allah” mengandung makna yang sangat dalam.  Kata tersebut mendeskripsikan sebuah penyerahan total akan kehendak Tuhan Sang Empunya Hidup dan Sumber Hidup yang telah menciptakan Alam Semesta, tempat di mana kita umat manusia melangsungkan kehidupannya.
Bukankah Tuhan Yesus ketika di dalam kemanusiaanNya, Ia berdoa juga mengatakan
"Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-(θελημα = Theleema) Mu!" Matius 26:42
dan dalam doa yang di ajarkan  oleh Tuhan Yesus, Ia mengajarkan kepada kita
“…, jadilah kehendak- (θελημα = Theleema) Mu di bumi seperti di sorga.” Matius 6:10

Sikap Optimis seperti apa yang harus kita miliki???
Optimis yang benar adalah sebuah sikap yang tetap memberikan porsi Kehendak dan Kedaulatan Allah di dalam setiap aspek hidup kita.  Baik itu mengenai cita-cita, rencana jangka pendek – panjang dari hidup kita, dsb. 
Tidak ada salahnya kita memiliki harapan dan angan-angan atau cita-cita untuk masa depan kita.  Saya 100 % setuju jika kita memiliki rencana-rencana untuk masa depan kita.  Sebab  memang masa depan harus kita rencanakan.  Tetapi jika sesuatu terjadi, ada interupsi Illahi dalam hidup kita tidak semestinya kita menjadi menyalahkan diri sendiri atau bahkan menjadi putus asa dan putus harapan.
Justru, dengan bersikap optimis kita menempatkan posisi kita di dalam ”ruang kerja”  Allah.  Kita tidak perlu kuatir jika usaha atau mengalami hambatan atau kesulitan-kesulitan terus datang di dalam kehidupan kita akan selalu ada pertolongan bagi kita dari tempat yang Maha Tinggi.

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”
Roma 8:28

Sebaliknya setiap keberhasilan atau kesuksesan  yang kita peroleh, janganlah menjadikan kita takabur, tinggi hati dan bersikap arogan.  Sebab jika Tuhan tidak menghendakinya tentunya kita tidak akan dapat memperolehnya.
Akhirnya, bagi para pembaca sekalian saya berdoa Insya Allah hidup anda selalu dalam lindungan-Nya dan anda akan terus memperoleh berkat-berkat-Nya yang luar biasa.  Amin