Hi, guest ! welcome to Livebebetter!. | About Us | Contact | Register | Sign In

Minggu, 14 September 2008

Anak-anak pun Sudah Berpolitik
Oleh : Daniel Susanto S.Th

Barangkali kita pernah bertanya, sejak kapankah seseorang mulai mengenal dan terlibat politik? Seorang Mahasiswa ketika ditanya pertanyaan tersebut, segera menjawab. "Pada saat seseorang mulai mengikuti kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik."
Orang yang lain lagi mempunyai jawaban yang berbeda, katanya; "Ketika seseorang mulai memperhatikan perkembangan yang terjadi di bangsa dan negaranya."
Seorang yang lain lagi menjawab; "sewaktu saya menjabat sebagai perangkat pemerintahan."
Seorang artis barangkali juga memiliki jawabannya sendiri. Jawabannya mungkin seperti ini; "Sekarang ini persaingan di dunia entertainment semakin ketat dan teman-teman yang lain sudah banyak ikut kampanye jadi caleg, kenapa gue nggak ikutan. Ini khan..., bisa nambah nilai jual popularitas gue lagi!"
***
Jika kita selidiki dan renungkan lebih dalam lagi, mengenai pertanyaan; "Kapankah seseorang mulai mengenal dan terlibat politik?" Maka, tentunya anda akan setuju bahwa secara alami, pengenalan akan politik dimulai dari masa kecil seseorang!
Pernahkah anda memperhatikan atau mengingat masa-masa kecil anda sendiri? Jika tidak, cobalah mengingat dan renungkanlah apa yang pernah terjadi ketika anda berusia anak-anak. Tanpa ada yang mengajar, secara otodidak (alami) anda pandai memanipulasi perhatian orang tua, kakak, om, tante bahkan tetangga. Atau kita sering membuat lobi-lobi kepada anggota keluarga yang menurut pemikiran kanak-kanak kita sebagai orang yang berpengaruh, misalnya; ketika di marahi oleh ayah kita, kita melobi sang ibu agar menjadi pembela kita atau sebaliknya. Ketika kita menginginkan sesuatu, mainan misalnya; kita pandai sekali membuat lobi kepada tante atau om kita, jika sang ayah dan ibu tidak tergerak hatinya untuk membelikan kita sebuah mainan sesukaan kita. Ego menjadi prioritas, kepentingan orang lain nomor kesekian. Sedikit tipu daya untuk sebuah ice cream corn yang lezat tidak apalah.
Jadi, jika memang demikian bahwa seseorang mengenal politik semenjak orang itu berusia kanak-kanak. Tetapi mengapakah politik di setiap belahan dunia, yang para praktisinya adalah orang-orang dewasa masih terlihat sifat yang kekanak-kanakan?
Apakah ini yang menyebabkan dunia politik disebut "dunia yang kotor?" atau memang demikian adanya semua politikus memiliki sifat kekanak-kanakan yang begitu kental dengan keegoisannya? Lalu bagaimanakah seharusnya para praktisi politik bersikap agar, dunia politik yang telah dikenalnya dari kanak-kanak juga menjadi dewasa seiring dengan kedewasaan fisiknya?
Oleh karena itu, ada baiknya anda sebagai orang tua sudah sudah mulai mengarahkan anak-anak anda sedini mungkin untuk dapat memiliki sikap yang baik dan benar. Agar ketika anak-anak itu beranjak menjadi dewasa dan bahkan terjun dalam dunia politik. Mereka tidak membawa sikap kanak-kanaknya ke arena politik.
Seperti ada seorang bijak yang mengatakan demikian;
Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.
Selamat Merayakan Pesta Demokrasi 2009 !!!!!!!!!!!!!!!!!!

Tidak ada komentar: