Berguru dari Supir Taxi
Oleh : Daniel Susanto S.Th
Suatu ketika seseorang mengatakan kepada saya, bahwa saya akan menggantikan tanggung jawab pekerjaan dari seorang rekan. Seketika itu juga, saya berusaha menghindari hal tersebut. Segala macam alasan dari yang logis dan mendekati tidak logis saya rancang agar saya terluput darinya. Sayapun juga mulai berdoa demikian; "Ya... Bapa kalau boleh lewatkanlah cawan ini dari padaku!"
Tetapi dilain waktu terpaksa saya harus melakukan juga pekerjaan rekan saya itu karena sudah beberapa waktu dia tidak kunjung datang dan ketika ditelpon pun nada mailbox yang menjawab. Tugas tersebut adalah membuat sebuah surat dan mengantarkannya ke sebuah kantor yang terletak antara Jakarta Selatan dan Pusat
Dengan berat hati dan sedikit menggerutu saya melaksanakannya. Sebuah taxi mengantar saya ke lokasi di mana kantor itu berada. Dalam perjalanan ternyata Sang Supir senang bergaul dan selalu berbagi pengalaman hidupnya. Sehingga gerutu dan berat hati yang ada dalam hati saya perlahan hilang.
Sang Supir rupanya memiliki pengalaman hidup yang luar biasa. Ternyata dia bukan orang sembarangan. Megapa saya katakan bukan orang sembarangan, karena sebelum menjadi supir Taxi, dia adalah seorang pengusaha yang sukses, memiliki banyak karyawan dan kolega. Namun karena krisis yang berkepanjangan di Indonesia, akhirnya dia pun merubah arah karirnya menjadi seorang supir taxi.
Banyak hal yang dibagikannya kepada saya. Salah satunya adalah dia mengatakan bahwa sewaktu dia masih memegang tampuk pimpinan, ada satu waktu dia harus turun tangan sendiri. Oleh karena itu baginya "spesialisasi memang penting, tapi setidaknya kita harus mengasah wawasan dan skill kita untuk dapat mengatasi hal-hal yang tidak terduga, seperti tidak adanya pegawai yang dapat didelegasikan sebuah tugas."
Perkataan tersebut bagaikan kilat menyambar di tengah hari yang terik.
Kemudian saya mendapat sebuah kesan yang sangat dalam bahwa sang supir tersebut Tuhan kirimkan untuk menegur, menasehati dan meredam gerutu saya.
Setelah hari itu, saya merenungkan kembali percakapan siang tadi dengan Sang Supir Taxi. Bersamaan itu pula, saya juga kembali diingatkan tentang beberapa orang penemu yang telah menciptakan suatu produk. Sekalipun produk yang ditemukannya itu adalah tidak ada sangkut pautnya dengan skill atau pendidikan mereka, antara lain;
· Samuel Morse, pelukis profesional yang menciptakan mesin telegraf.
· Micahel Faraday, seorang yang bekerja di penjilidan buku yang menemukan generator Listrik.
· Charles Babage, seorang ahli matematika dan penemu sebuah mesin yang menjadi "cikal-bakal" komputer, ophtalmoskop (alat untuk memeriksa bagian dalam mata), dan ratusan alat lainnya yang dipakai untuk perlengkapan pabrik.
· George Cuvier, seorang pegawai administrasi Pemerintahan yang menjadi ahli Zoologi dan Botani*
· Leopold Mannes dan Leopold Godowsky, adalah seorang musisi yang menemukan film berwarna Kodachrome.
· Ladislo Biro, adalah pematung, pelukis dan jurnalis yang menemukan pena Bolpoin.
· King Camp Gilette, seorang pedagang tutup botol keliling menemukan silet cukur yang aman.
· John Boyd Dunlop, mantan ahli bedah hewan yang menemukan ban udara.
· Fullerton, seniman yang menemukan kapal uap.
· Peter Roger, seorang dokter yang menemukan "fenomena gambar hidup."*
Kemudian, dari apa yang saya pikirkan dan renungkan itu, saya mendapatkan beberapa hal yang menjadi pelajaran menarik yaitu: pertama adalah, sambutlah tangung jawab yang dipercayakan dengan sukacita. Kedua, berpikirlah positif dengan setiap kejadian yang Tuhan izinkan bersinggungan dengan diri kita. Ketiga, Barangkali itu adalah sarana di mana Tuhan ingin mengembangkan kemampuan kita, ke arah yang lebih maju dan Tuhan akan selalu menuntun kita kepada perkembangan sehingga Kebesaran nama-Nya dapat dipermuliakan melalui apa yang kita kerjakan. Keempat, Tuhan akan selalu mengirimkan orang-orang disekitar kita untuk menguatkan dan menasehati kita, ketika sedang ada beban di hati kita. Dengan kata lain, Tuhan sanggup mengirinkan siapa saja untuk dipakai-Nya agar anak-anak-Nya tidak terlarut dalam kekecewaan.
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Roma 8:28
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Yeremia 29:11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar