Hi, guest ! welcome to Livebebetter!. | About Us | Contact | Register | Sign In

Sabtu, 15 September 2012

Ketika Jawaban dari Permohonan kepada Tuhan, berbeda dari yang diharapkan.

Ketika Jawaban dari Permohonan kepada Tuhan, berbeda dari yang diharapkan.
Daniel Susanto S.Th

Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya, tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan.  Malah seorang ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya.  Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya.  Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing."  Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak."  Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu."  Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar. (Markus 7:24-30).

Pernahkah kita jenuh dalam doa?
Jika tidak Haleluyah Puji Tuhan!  Namun jika pernah, mengapa? Pasti ada segudang alasan pernah kita dengar bersama mengenai hal ini. 

Sebetulnya hanya ada satu alasan kenapa seseorang menjadi jenuh berdoa, yaitu tidak yakin doanya di jawab atau tidak, jika ada alasan lainnya hal itu hanyalah efek samping dari ketidak yakinan orang tersebut apakah doanya dijawab oleh Tuhan.

Marilah kita belajar dari teks Markus 7:24-30 di atas mengenai seorang wanita kebangsaan Siro-Fenisia.   Ia tidak mempedulikan jawaban apa yang akan dia dapatkan.  Namun ia mengutarakan permohonannya kepada Tuhan Yesus.  ia tidak pernah berpikir kalau jawaban yang di dapat akan berbeda dengan  apa yang diharapkannya.  Yang ia tahu adalah, permohonan kepada Tuhan harus disampaikannya.

Pertama, wanita Siro Fenisia tersebut menyadari bahwa perjumpaannya dengan Tuhan adalah sebuah hal istimewa.  Oleh karena itu waktu tersebut adalah sangat berharga dan ia memanfaatkan saat tersebut dengan mengungkapkan isi hatinya kepada Tuhan.

Elmer L. Towns  mengatakan; Jangan cemas karena doa yang belum dijawab, tetapi cemaskanlah doa yang tidak (pernah) dipanjatkan. 

Namun Justru sekalipun doa belum terjawab dan selagi waktu tersebut dianugerahkan kepada kita. Kita harus setiap saat berdoa. 
Liputan6.com, Senin 18 Juni 2012 mencatat penelitian yang dilakukan oleh bagian Kosmologi universitas Cambridge yang mengatakan bahwa waktu bisa melambat dan akhirnya berhenti sama sekali.  Merujuk kepada teori Big-Bang…jika waktu dapat muncul, itu juga berarti waktu dapat menghilang. (bandingkan dengan Efesus 5:16 /Kolose 4:5b)

Perempuan Siro-Fenisia tersebut tidak menyia-nyiakan waktunya untuk berjumpa dengan Tuhan dan menaikkan permohonan bagi kesembuhan anaknya.  Bagaimanakah dengan kita?  Apakah kita juga akan memaksimalkan waktu ditengah-tengah kesibukan kita untuk datang berjumpa dengan Tuhan dan menaikkan isi hati kita kepadaNya?


Kedua, ia menyadari bahwa Tuhan pasti akan memberikan jawaban yang terbaik pada akhirnya mengenai permohonanan yang diutarakannya.  Sekalipun ia diijinkan menerima jawaban yang lain dari apa yang diharapkan apa mulanya.

Renungkanlah puisi berikut ini;
“Aku minta kekuatan agar aku mendapat, la memberi kelemahan agar aku taat. Aku minta kesehatan agar aku mengerjakan yang lebih besar, la memberi anugerah agar aku mengerjakan yang lebih baik. Aku minta kekayaan agar aku bahagia. la memberi aku kekurangan agar aku bijaksana.

Aku minta kuasa agar aku dipuja sesama. la membuat aku lemah agar rendah hati dan bergantung kepada-Nya. Aku minta segala sesuatu agar aku menikmati kehidupan. la memberi aku kehidupan agar aku menikmati segala sesuatu. Aku tidak selalu memperoleh apa yang kuminta, tetapi doaku selalu terjawab” (sahabatsyurgawi.net)
Firman Tuhan berulang-ulang mengingatkan kita untuk selalu berdoa.
Efesus 6:18b – berdoa setiap waktu dalam Roh.  Dalam kalimat “berdoa setiap waktu” secara implicit mengandung makna; ketekunan, kesabaran, semangat dan gairah. 
Wanita tersebut menyadari ia tidak boleh putus harapan. Sehingga ketika jawaban yang didapatnya berlainan dengan harapannya tetapi ia yakin pasti ada sesuatu yang Tuhan tetap sediakan bagi kebaikkan hidupnya.  “… Benar Tuhan, tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.”

St. Simeon Metaphrastis mengatakan: "Dia yang terbiasa untuk berdoa harus berjuang dengan segala ketekunan dan kecermatan, dengan segenap tenaga, perjuangan jiwa dan kerja keras tubuh, untuk tidak menjadi lesu dan menyerah kepada gangguan-gangguan di dalam pikirannya,… sementara pikirannya mengembara jauh entah dimana.  Namun hendaknya seseorang terlatih dalam kewaspadaan yang ketat, sehingga ketika pikirannya diserang oleh (banjir) hal-hal yang tidak berguna, ia tetap menguji dan menyaring semua hal itu, dan tetap teguh pada kerinduannya yang selalu untuk Allah….”   

Jadi, setiap waktu dan setiap saat, dimanapun kita berada kita harus luangkan waktu untuk dapat berjumpa dengan Tuhan melalui doa-doa kita. Dengan kata lain apapun situasinya kita harus tetap berdoa.  Dijawab dengan segera ataupun harus menunggu beberapa lama, kita harus tetap berdoa. Filipi 4:6 – doa dan permohonan dengan ucapan syukur

Mengapa? Karena sudah seharusnyalah kultur kita sebagai umatNya yang berbeda dengan orang-orang dunia.  Roma 12:12 – bertekun dalam doa, merujuk kepada konteks ayat 1 – jangan serupa dengan dunia ini…dstBegitu juga dalam Kolose 4:2 – bertekun dalam doa, merujuk kepada konteks 3:5, 12 menjadi manusia baru (pilihan Allah).  Sekalipun Allah Maha Kuasa dan Maha Tahu, Dia selalu ingin berkomunikasi dan berfellowship dengan kita. 

Selanjutnya dengan berdoa kita melatih “manusia rohani” kita.  Ada ruang spiritual di dalam otak kita (Brick Johnstone – Peneliti di Universitas Missouri, Liputan6.com,  21 April 2012).  Tuhan sudah merancang setiap individu memiliki sisi jasmani dan rohani.  Untuk memberi kekuatan pada jasmani kita kita memerlukan makanan dan nutrisi.  Dan untuk memberikan kekuatan pada sisi rohani, Firman Tuhan dan doalah yang kita butuhkan.
Karena doa melibatkan seluruh fungsi tubuh kita secara holistik, tubuh, roh dan pikiran.. I Kor. 14:14,15.  Yudas 20 – berdoa dalam Roh Kudus.

Dan akhirnya, doa juga menjadi sarana untuk mendukung saudara-saudara seiman yang memerlukan jamahan Tuhan.  Kembali kepada wanita Siro-Fenisia tersebut, ia menjadi sarana untuk anaknya yang memerlukan jamahan Kuasa Tuhan.  Selanjutnya kita mengetahui bersama bahwa wanita tersebut memperoleh kelepasan dan kesembuhan,

Bagaimanakah dengan kita semua, apakah kita sudah menjadi sarana dalam mendukung teman-teman yang sedang memerlukan pertolongan dari Tuhan?  Mari mulaikah berdoa saat ini.  Tuhan Memberkati kita semua.

Rabu, 13 Juni 2012

Sikap Optimis meniadakan sisi Kehendak Allah ???????


Sikap Optimis meniadakan sisi Kehendak Allah ???????
Daniel Susanto S.Th


“OPTIMIS”  Kata tersebut saat ini seringkali muncul dan digunakan sebagai lawan dari sifat pesimis.  Jika kita sering menghadiri seminar-seminar motivasi, seperti halnya dalam training perekrutan tenaga marketing (MLM, asuransi, properti, dll).  Para motivator akan menstimulus pikiran dan emosi kita dengan kata “optimis.”  “Agar kita berhasil harus optimis!”  “ Jika berhadapan dengan hambatan harus optimis!” “Sales Point belum tercapai tetap Optimis!”  “Ingin memiliki masa depan yang cemerlang berpikir dan bertindaklah dengan optimis!”  Dsb.  Kira-kira seperti itulah para motivator berbicara.

Bukan hanya para motivator di seminar saja yang menyarankan untuk bertindak dan berpikir secara optimis.  Para pengkhotbah di gereja pun selalu mengatakan kepada para jemaat agar memiliki sikap yang optimis.  Dengan alasan bahwa iman adalah sesuatu yang digambarkan dan bersifat optimis.  Jika ingin dijawab doanya harus memiliki “iman yang optimis,” jika ingin terlepas dari belenggu persoalan harus memiliki iman yang optimis. 

Tidak salah memang kita memiliki sikap yang optimis.  Namun kita juga harus bersikap kritis terhadap diri kita sendiri berhubungan dengan kata "optimis" tersebut.  Sikap optimis yang kita miliki harus difilter dengan Firman Allah sendiri tentunya.  Sebab jika tidak, justru kita terjebak dalam memaksakan keinginan kita daripada keinginan-Nya.

Firman Tuhan dalam  Yakobus 4:13-15 mengatakan demikian:
Yakobus 4:13-15
13  Sekarang bagi kamu, hai orang-orang yang berkata, "Hari ini atau besok, kami akan pergi ke kota anu; kemudian kami akan menetap di sana setahun lamanya dan akan berdagang serta memperoleh keuntungan," 14  padahal kamu tidak mengetahui apa yang akan terjadi pada hari esok. Apakah arti hidupmu? Kamu sama seperti uap, kelihatan seketika saja lamanya, kemudian lenyap.  15  Seharusnya kamu berkata, "Insya Allah   إن شاء اللهkami akan hidup dan akan berbuat begini atau begitu."  
(terjemahan Kitab Suci Injil 2008 / i_SB2008) [Terjemahan Baru LAI menggunakan kalimat “jika Tuhan menghendakinya”]
13هَلُمَّ الآنَ أَيُّهَا الْقَائِلُونَ:«نَذْهَبُ الْيَوْمَ أَوْ غَدًا إِلَى هذِهِ الْمَدِينَةِ أَوْ تِلْكَ، وَهُنَاكَ نَصْرِفُ سَنَةً وَاحِدَةً وَنَتَّجِرُ وَنَرْبَحُ». 14أَنْتُمُ الَّذِينَ لاَ تَعْرِفُونَ أَمْرَ الْغَدِ! لأَنَّهُ مَا هِيَ حَيَاتُكُمْ؟ إِنَّهَا بُخَارٌ، يَظْهَرُ قَلِيلاً ثُمَّ يَضْمَحِلُّ. 15عِوَضَ أَنْ تَقُولُوا:«إِنْ شَاءَ الرَّبُّ وَعِشْنَا نَفْعَلُ هذَا أَوْ ذَاكَ»
(Arabic Bible, Copyright 1998-2005. P.O. Box 486, Dracut, MA 01826 USA / http://www.arabicbible.com/arabic-bible.html)

Yang menjadi perhatian saya adalah dalam Alkitab i_SB2008,  memakai kata “Insya Allah”  [ teks Yunani menggunakan kata θεληση = Theleesee].   Dimana pada umumnya kalangan Kristiani “alergi” dengan kata tersebut (kalau saya boleh katakan demikian).  Oleh sebab dalam kata tersebut terkesan mengandung sikap pesimis, kurang iman, kurang yakin dll.
Namun setelah merenungkan bagian dari Firman Tuhan tersebut, saya pribadi memperoleh sebuah pencerahan bahwa di dalam kata “Insya Allah” mengandung makna yang sangat dalam.  Kata tersebut mendeskripsikan sebuah penyerahan total akan kehendak Tuhan Sang Empunya Hidup dan Sumber Hidup yang telah menciptakan Alam Semesta, tempat di mana kita umat manusia melangsungkan kehidupannya.
Bukankah Tuhan Yesus ketika di dalam kemanusiaanNya, Ia berdoa juga mengatakan
"Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-(θελημα = Theleema) Mu!" Matius 26:42
dan dalam doa yang di ajarkan  oleh Tuhan Yesus, Ia mengajarkan kepada kita
“…, jadilah kehendak- (θελημα = Theleema) Mu di bumi seperti di sorga.” Matius 6:10

Sikap Optimis seperti apa yang harus kita miliki???
Optimis yang benar adalah sebuah sikap yang tetap memberikan porsi Kehendak dan Kedaulatan Allah di dalam setiap aspek hidup kita.  Baik itu mengenai cita-cita, rencana jangka pendek – panjang dari hidup kita, dsb. 
Tidak ada salahnya kita memiliki harapan dan angan-angan atau cita-cita untuk masa depan kita.  Saya 100 % setuju jika kita memiliki rencana-rencana untuk masa depan kita.  Sebab  memang masa depan harus kita rencanakan.  Tetapi jika sesuatu terjadi, ada interupsi Illahi dalam hidup kita tidak semestinya kita menjadi menyalahkan diri sendiri atau bahkan menjadi putus asa dan putus harapan.
Justru, dengan bersikap optimis kita menempatkan posisi kita di dalam ”ruang kerja”  Allah.  Kita tidak perlu kuatir jika usaha atau mengalami hambatan atau kesulitan-kesulitan terus datang di dalam kehidupan kita akan selalu ada pertolongan bagi kita dari tempat yang Maha Tinggi.

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”
Roma 8:28

Sebaliknya setiap keberhasilan atau kesuksesan  yang kita peroleh, janganlah menjadikan kita takabur, tinggi hati dan bersikap arogan.  Sebab jika Tuhan tidak menghendakinya tentunya kita tidak akan dapat memperolehnya.
Akhirnya, bagi para pembaca sekalian saya berdoa Insya Allah hidup anda selalu dalam lindungan-Nya dan anda akan terus memperoleh berkat-berkat-Nya yang luar biasa.  Amin

Kamis, 31 Mei 2012

The Devil Inside


Oleh: Daniel Susanto S.Th
 

Sinopsis :
Pengakuan Maria Rossi (Suzan Crowley) ini memang mengejutkan. Ia tiba-tiba menghubungi 911 dan mengatakan kalau ia baru saja membunuh tiga orang secara brutal. Tak ada yang mengira kalau Maria sanggup melakukan kekejaman seperti ini. Sayangnya semua bukti memang memberatkan Maria dan mau tak mau Maria harus menjalani hukuman atas kejahatan yang ia lakukan. Benarkah Maria yang melakukan pembunuhan sadis itu?
Pertanyaan yang sama juga menghantui Isabella (Fernanda Andrade), putri Maria, selama dua puluh tahun terakhir. Sejak kejadian dua puluh tahun silam itu, Isabella memang harus hidup terpisah dari ibunya. Isabella tak yakin kalau ibunya sanggup berbuat keji seperti itu dan kini saatnya Isabella berbuat sesuatu. Ia harus membuktikan bahwa ibunya bukan pelaku kejahatan itu.
Dengan berbagai pertimbangan, kesimpulan terbaik adalah bahwa Maria telah dirasuki iblis. Sayangnya untuk membuktikannya bukanlah sesuatu yang gampang. Isabella mengajak dua orang pengusir setan untuk melakukan ritual pengusiran setan terhadap ibunya yang kini mendekam di dalam rumah sakit jiwa. Kali ini metode yang digunakan bukanlah sesuatu yang umum. Isabella dan dua orang pengusir setan ini berusaha menggabungkan cara tradisional dan ilmu pengetahuan yang ada. [ndis] (Sumber: seruu.com).
****
Telaah Kritis
Film yang direlease pada 6 January 2012 ini memang bukan sesuatu yang fresh karena sejak dulu pun sudah banyak film yang menggunakan pengusiran setan sebagai tempat berpijak. Namun dalam tayang minggu pertamanya, ternyata The Devil Inside mampu merontokkan dominasi Mission Impossible IV. (Seruu.com).

Dan dari film tersebut ada beberapa hal (baik positif maupun negatif) yang dapat menjadi pelajaran bagi kita semua.

Hal positif , dalam film tersebut adalah bahwa sebenarnya ilmu pengetahuan dan hal-hal spiritual dapat berdampingan, tidak seperti pendapat kebanyakan orang saat ini.  Saya jadi teringat akan pernyataan St. Agustinus yang mengatakan bahawa iman tanpa pengetahuan adalah pincang dan pengetahuan tanpa iman adalah buta.

Hal Negatif, Yang menarik dan menjadi alasan mengapa artikel ini di buat sebenarnya adalah karena film tersebut memiliki ending yang tragis.  Seolah-olah kuasa gelap (iblis) lah yang “menang.”  Bagaimana hal ini bisa terjadi?
Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa Iblis adalah bapa dari segala dusta. Seperti yang dikatakan dalam Yohanes 8:44 “…sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.”   Tetapi yang anehnya dalam film tersebut ada pernyataan yang mengagetkan bahwa di Eropa ada ratusan jumlahnya tempat pemujaan setan.


Film tersebut berbicara banyak kepada kita bahwa dunia Barat sudah pada tahap skeptic untuk hal-hal rohani.  Segala sesuatu diukur hanya dengan pemikiran logika dan sciences.  Di gambarkan bahwa seorang dokter tidak mempercayai adanya gejala “kerasukan setan” bahkan para rohaniwan ada yang skeptic mengenai hal tersebut.  Di sisi lain padahal pimpinan gereja mengetahui adanya fenomena tersebut namun mereka menyangkalinya.  Sangat disayangkan padahal Firman Tuhan berkata dalam Efesus 6:12
karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.
Dalam pelayanan Yesus dan murid-murid pun ada dimana seseorang dibebaskan dari kuasa gelap (iblis).  Tetapi sangat ironis dalam film yang berdasarkan kisah nyata hal tersebut malah ditolak oleh lembaga gereja.  Apakah sudah sedemikian skeptiskah gereja dan para rohaniwan di dunia Barat (Eropa)?  Jika memang begitu sungguh sangat memprihatinkan.  Sebab sesungguhnya Tuhan telah menjanjikan sesuatu yang besar kepada setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya;
Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya (Yohanes 1:12).
Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, (Markus 16:17a)
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, (Kisah Para Rasul 1:8a)
supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, (Filipi 2:10) 
Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! (Yakobus 4:7) 
Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.  Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama. (I Petrus 5:8-9)
Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.  Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: "Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.  Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut (Wahyu 12:9-11).
Masih banyak lagi janji-janji Tuhan  bagi kita umat percaya, oleh karena itu  tetaplah tinggal di dalam Dia (Tuhan Yesus), maka Tuhan juga akan tinggal di dalam kita dan apa saja yang kita naikkan dalam doa dan permohonan kita Tuhan akan kabulkan.

Rabu, 30 Mei 2012

Pesan Moral dalam Film The Avengers

Oleh:  Daniel Susanto S.Th 

Masih ingatkah anda akan sebuah Film yang baru-baru ini muncul, Film tersebut sangat digemari oleh setiap kalangan; tua - muda, besar – kecil.  Yang diangkat dari serial komik tentang prinadi-pribadi yang memiliki kekuatan super.  Komik terkemuka di negeri paman Sam “Marvel.”  

Rupanya cerita The Avengers adalah sebuah cerita kelanjutan dari bebeberapa film-film Marvel yang sebelumnya.  Kita runut saja dari awal yaitu Hulk.  Di akhir Cerita Hulk II muncul tokoh Tony Stark (sebelum menjadi Ironman), lalu setelah itu muncul sebuah Film Iron Man I dan II.  Selanjutnya film Thor dan diikuti dengan film Captain America dimana nenek moyang dari Tony Stark (tokoh dibalik Ironman) juga ikut berperan dalam eksperimen terciptanya Sang Captain America.
Pada Kisah Thor, diceritakan bahwa Loki sang Adik angkat dari Thor berkhianat terhadap kerajaannya dan membahayakan kelangsungan alam semesta termasuk bumi.  Thor menjadi kambing hitam, namun akhirnya Thor dan teman-temannya dapat mencegah niat jahat Loki.
Dalam The Avenger, kembali Loki merencakan sesuatu yang jahat dan bermaksud menyerang Bumi.  Tetapi Loki memerlukan sebuah Kristal yang ditemukan oleh leluhur dari Tony Stark untuk dapat membuka lubang hitam semesta sehingga sekutunya dapat menyerang bumi.  Oleh karena itu, pihak intelegen dan ilmuan Amerika berusaha untuk mencegah kemungkinan bahaya yang datang dari luar bumi dengan membentuk Team The Avengers dan juga Thor. 
Plot dari The Avengers selanjutnya, tentu anda sekalian telah mengetahui bagaimana akhir dari cerita tersebut.  Dalam artikel ini saya hanya ingin share bahwa film The Avengers berisi pesan-pesan moral yang universal dapat menjadi pelajaran bagi kita semua.

Pertama, Setiap kita diberikan karunia yang Unik. Tokoh-tokoh dalam The Avengers setiap karakternya memiliki keunikannya masing-masing.  Hulk dan Captain Amerika dengan kekuatannya yang luar biasa (namun demikian ada keunikan diantara keduanya). Ironman kecerdasan kecanggihan peralatannya memungkinkan dia bisa menjelajah udara. Hawkeye, yang tidak pernah meleset ketika melepaskan anak panahnya. 

Setiap kita dipanggil untuk saling melayani.  Karunia-karunia yang unik tersebut tidak boleh kita lalaikan begitu saja.  Tetapi harus kita kembangkan dan gunakan untuk kepentingan orang banyak.  Dalam cerita The Avengers tersebut, Tony Stark sedang mengadakan riset untuk menciptakan sumber daya yang ramah lingkungan.  Begitu juga dengan Hulk, jika ketika menjadi manusia biasa dia tidak melalaikan panggilannya sebagai dokter yang melayani orang-orang yang membutuhkan.

Setiap kita memperoleh kesempatan untuk berubah dan bertobat dari (menginsafi) kesalahan kita. Ketika kesempatan tersebut datang pergunakanlah untuk berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Loki yang telah beberapa kali melakukan kejahatan memperoleh kesempatan berulang-ulang dari Thor agar dapat berubah menjadi pribadi yang lebih baik.  Tetapi, kesempatan tersebut tidak digunakannya bahkan ia semakin jahat.  Di sisi lain Hawkeye yang terkena pengaruh kekuatan dari tongkat Loki, namun ketika ia sadar dan memperoleh kesempatan yang baru.  Kesempatan tersebut oleh Hawkeye tidak disia-siakan dan bahkan ia membuktikannya bahwa dirinya telah berubah.  

Berusahalah untuk dapat menerima orang lain apa adanya.  Tony Stark yang dibesarkan dengan kemewahan terkesan tidak pernah serius, Captain America yang basih dalam kebingungannya “Jetlag” dalam lompatan waktu membuat ia selalu serius.  Hulk dalam kemarahannya terkadang tidak dapat membedakan mana kawan dan lawan.  Tetapi mereka dapat bersatu menjadi sebuah Tim yang solid.

Berani menghadapi masalah yang datang.  Semua anggota The Avengers memiliki keberanian yang luar biasa. Tidak ada rasa takut sekalipun masalah yang ada di depan mereka luar biasa banyak dan kuat.  

Hanya ada Satu Tuhan.  Yang lebih Penting yang tidak luput dari pendengaran dan mata saya.  Ketika Loki megatakan kepada Captain America kalau dirinya adalah “God” yang dalam subtitle sewaktu itu diterjemahkan Tuhan.  Captain America menjawab “Aku hanya percaya pada satu Tuhan dan Tuhan yang aku kenal tidak berpakaian seperti dirimu.”  Menarik untuk direnungkan bahwa latar belakang Captain America adalah cerita dengan keadaan tahun 1940an di mana pada tahun-tahun tersebut negeri paman Sam sangat kuat pengaruhnya dari Kekristenan.  Oleh karena itu, secara implisit Sang Captain America menyatakan Tuhan yang ia Kenal hanyalah Tuhan Yesus.  Film ini sepertinya mengajak para penonton pada umumnya dan warga Amerika khususnya untuk kembali ingat dan mempertahankan iman mereka kepada Tuhan Yesus, sehingga Amerika kembali kepada puncak kejayaannya seperti pada puluhan tahun yang lalu.

Kamis, 19 April 2012

Filsafat dan Pesan Moral dalam Film Battleship

Filsafat dan Pesan Moral dalam Film Battleship
Oleh: Daniel Susanto S.Th
Peter Berg (Hancock) agaknya cukup berhasil dalam Battleship, sebuah aksi-petualangan di lautan, di ludara dan daratan berjuang untuk bertahan hidup melawan kekuatan yang sangat kuat. Terinspirasi oleh permainan tempur klasik angkatan laut Hasbro, Bettleship dibintangi oleh Taylor Kitsch sebagai Letnan Alex Hopper, seorang perwira Angkatan Laut yang ditugaskan untuk USS John Paul Jones, Brooklyn Decker sebagai Sam Shane, seorang terapis fisik dan tunangan Hopper, Alexander Skarsgård sebagai Kakak dari Alex Hopper, Komandan Officer Sampson USS; Rihanna sebagai Bintara Raikes, anak buah Alex Hopper dan spesialis senjata pada USS John Paul Jones, dan Liam Neeson Laksamana Shane (ayah Sam Shane).
Sinopsis - "Di Kepulauan Hawaii, ketika sedang mengadakan latihan bersama armada angkatan laut yang terdiri dari beberapa Negara. Namun latihan yang mereka lakukan berubah menjadi sebuah peperangan yang sesungguhnya.
Mereka bertempur dengan pasukan alien yang memiliki kecanggihan teknologi dan sangat kuat dalam persenjataan. Para alien tersebut datang ke bumi dengan sebuah misi untuk membangun pangkalannya di tengah samudra Pasifik. Akhirnya dengan kegigihan dan kerjasama diantara para armada Laut tersebut memperoleh kemenangan yang luar biasa.
Pesan Moral dalam Film Battleship
Pertama, Alien yang memiliki kecanggihan dan teknologi dapat digambarkan sebuah persoalan yang sering kali mengintimidasi kita. Pada awalnya ketika mereka kehilangan sebuah armada Sampson USS, bahkan seorang perwira senior seperti Alex Hopper pun menjadi putus asa, merasa dia tidak mampu memikul tanggung jawab dan beban dipundaknya. Namun ada seorang menyadarkannya bahwa dia harus menjadi kuat agar semua kru tetap memiliki semangat dan berjuang bersama-sama.
Dalam persoalan dan pergumulan yang sering kita hadapi, tidak jarang kita juga akan merasakan keputus-asaan. Pada saat-saat demikia kita memerlukan “encourage” dari seseorang yang dapat membangkitkan semangat dan pengharapan juga iman kita.
Berdua lebih menguntungkan daripada seorang diri. Kalau mereka bekerja, hasilnya akan lebih baik. Kalau yang seorang jatuh yang lain dapat menolongnya. Tetapi kalau seorang jatuh, padahal ia sendirian, celakalah dia, karena tidak ada yang dapat menolongnya (Pengkhotbah 4:9-10).
Kedua, di awal film Battleship Hopper memiliki persoalan dengan seorang perwira asal Jepang Nagata. Namun ketika menghadapi armada perang “alien”, mereka menyadari mereka adalah satu tim, mereka bersatu hati, bahu membahu saling mendukung dan akhirnya kemenanganpun diraih. Ingat apa yang terjadi dalam peristiwa menara Babel? Tuhan pun berfirman:
…. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana (Kejadian 11:6b).
Ketiga, setiap kita memiliki potensi yang luar biasa, hanya saja seringkali kita tidak menyadarinya. Sehingga potensi tersebut tidak maksimal. Begitulah awalnya yang terjadi oleh Alex Hopper. Ia menyia-nyiakan potensinya sekalipun usianya telah cukup dewasa (26 tahun). Masing-masing dari kita telah Tuhan beri karuania yang luar biasa (ingat perumpamaan tentang talenta?), maksimalkanlah potensi yang Tuhan berikan tersebut agar berguna bagi sesama kita.
Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya (Matius 25:15-18).
Keempat, pesan moral selanjutnya yang kita dapat ambil dari film Battleship adalah "sebuah sikap arogan dan tinggi hati akan membuahkan kehancuran." masih pada bagian-bagian awal dari film ini diceritakan bahwa Tim sepak bola Angkatan Laut AS mengatakan pertandingan sepak bola dengan Tim Angkatan Laut Jepang. Yang mana karena sebuah pelanggaran yang dibuat oleh Nagata membuahkan tendangan pinalti bagi Tim AL-AS. Namun karena sikap Alex Hopper kesempatan tersebut gagal membuah sebuah goal dan kekalahanlah yang didapat bagi Tim AL-AS.

Jumat, 13 April 2012

Tuhan kita tidak Bisu

Tuhan kita tidak Bisu Habakuk 2:18-19; 1 Korintus 12:2

Daniel Susanto S.Th


Apakah Tuhan masih berbicara kepada kita?
  • Tuhan berbicara melalui FirmanNya (Yesasa 55:11; II Timotius 3:16-17)
  • Tuhan berbicara melalui kesan dalam hati kita (I Timotius 1:5; I Petrus 3:16)
  • Tuhan berbicara secara Audible (Perlu karunia membedakan roh, I Tesalonika 5:21; I Yohanes 4:1)
Media yang Tuhan gunakan untuk berbicara kepada kita?

  1. Melalui masalah yang dihadapi oleh kita
Dua probabilitas yang terjadi jika manusia menghadapi masalah
· Masalah menghantarkan pada kehancuran – jika hati kita tertutup dengan suara Tuhan
· Masalah menuntun ke dalam sebuah kejayaan – jika hati kita terbuka kepada suara Tuhan
Contoh : Yabes – I Tawarikh 4:9-10
Yabes lebih dimuliakan dari pada saudara-saudaranya; nama Yabes itu diberi ibunya kepadanya sebab katanya: "Aku telah melahirkan dia dengan kesakitan."
Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!" Dan Allah mengabulkan permintaannya itu.
Karl Wallenda – akrobatik berjalan di atas kabel yang tinggi.....ada rasa takut pasti! Tapi..., dia menemukan kejayaan ketika rasa takutnya difokuskan “berjalan dengan selamat menyeberang melalui sebuah kabel.” Namun pada tahun1978, dia jatuh dan tewas karena rasa takutnya difokuskan “bagaimana saya menghindari jatuh.”


  1. Melalui Kegagalan dan Keberhasilan yang kita alami
Yusuf anak Yakub, tdk pernah meninggalkan Tuhan baik dalam keadaan diberkati ataupun tidak. Demikian juga Ayub.
Keberhasilan adalah sesuatu yang semu jika dicapai dengan sendirian, semakin banyak pemenang yang kita bawa, semakin berharga kemenangan itu – Howard Schultz –(Pendiri Starbuck)

W.W. Mitchell: mengalami kecelakaan dan memiliki wajah cacat : dalam keadaannya demikian dia meraih gelar Master Administrasi Pemerintahan, mulai naik kano dan menerbangkan pesawat, dia juga menjadi anggota kongres di negara bagian AS.
sebelum aku lumpuh ada sepuluh ribu hal yang dapat aku lakukan, kini tersisa 9000 hal. Aku dapat memilih untuk terus-menerus memikirkan seribu yang hilang dariku atau memusatkan diri pada sembilan ribu yang tersisa. Aku memberi tahu orang lain bahwa aku mengalami 2 kecelakaan besar dalam kehidupanku. Kalau aku saja tak mau menggunakan kecelakaan itu sebagai alasan untuk menyerah, barangkali sejumlah pengalaman yang dapat membuat anda surut juga akan dapat ditempatkan di dalam suatu persfektif baru. Anda dapat melangkah kembali, menggunakan sudut pandang yang lebih luas dan meraih peluang untuk berkata, ‘mungkin itu sama sekali persoalan yang terlalu berarti.’ Itu bukanlah apa yang terjadi pada diri Anda, itu adalah apa yang Anda lakukan terhadap hal itu.

Banyak orang ingat Tuhan ketika dalam keadaan terdesak, sulit, pencobaan. Tetapi Bapa Iman kita, Abraham ditengah keberhasilannya Abraham masih ingat kepada Tuhan (Kej.14:1-20).
Bagaimana dengan kita semua???????????????

Dalam keadaan apapun, entah itu keberhasilan atau kegagalan ingatlah Tuhan. Ungkapkanlah kerinduan-kerinduan kita yang terdalam kepada Tuhan, Karena Dia bukan Tuhan yang Bisu-Tuli.
Filipi 4:6 Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.

Kamis, 12 April 2012

Berbakat tapi Tersisih, Apa Boleh Buat?? Benar tapi dipersalahkan, Mau Buat Apa??Beli tapi Tidak Perlu, Buat Apa??

Berbakat tapi Tersisih, Apa Boleh Buat?? Benar tapi dipersalahkan, Mau Buat Apa??Beli tapi Tidak Perlu, Buat Apa??

Oleh: Daniel Susanto S.Th

Psikologi manusia seperti yang dikatakan oleh Abraham Maslow* mengatakan bahwa setiap orang memiliki kebutuhan dasar. Salah satunya adalah kebutuhan untuk dikasihi dan mengashi. Namun bagaimana seseorang dapat dikasihi jika tidak ada yang mengenalnya? Barangkali ada benarnya juga pepatah yang mengatakan “tak kenal maka tak sayang.” Sehingga kita dapat mengatakan; Tidak ada seorangpun yang tidak ingin dikenal, apalagi dikenal oleh banyak orang. Semua orang ingin menjadi beken!

Oleh karena itu, ketika di Indonesia masuk sebuah program televisi yang bernama “Indonesian Idol.” Banyak orang yang antri untuk dapat masuk dalam audisinya. Saya sempat mengikuti perjalanan para Indonesian Idol tersebut. Mulai dari Delon dan Joy, Mike dan Judika, Ichsan dan Dirly, Rini dan Wilson, Aris dan Gisel, Igo dan Citra (itulah nama-nama yang saya ingat yang masuk dalam Grand Final).

Satu hal yang menarik perhatian saya adalah ada peserta Idol yang memiliki potensi sangat baik yang menurut saya pastinya akan masuk ke dalam babak final, ternyata orang tersebut masuk ke dalam 5 besar pun tidak. Tetapi yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata dari peserta yang lain, orang itu terpilih menjadi Idol.

Apakah juri yang bersalah dalam hal ini? Kita tidak dapat mengatakannya begitu (walaupun ada satu orang juri yang selalu menilai dengan subjektif). Karena yang memilih adalah masyarakat. Mereka memilih idolanya masing-masing sekalipun mereka mungkin sangat mengetahui dengan pasti bahwa idolanya itu hanya memiliki kemampuan yang pas-pasan.

Lain halnya jika dibandingkan dengan waktu belasan tahun lalu. Barangkali di antara kita ada yang ingat dengan acara “Asia Bagus.” Sebuah program acara yang juga menyalurkan bakat orang-orang yang berpotensi menyanyi. Namun yang membedakan “Asia Bagus” dengan “Indonesian Idol” adalah “siapa yang menentukan siapa pemenangnya.” Dalam Asia Bagus pemenang ditentukan dengan sangat objektif oleh para juri. Sedangkan dalam Indonesian Idol, penonton menentukan pemenang dengan sangat subjektif.

Barangkali ini adalah dampak dari budaya “postmodern
” yang memiliki filosofi bahwa tidak ada kebenaran yang mutlak. Tidak ada kebaikan yang abadi. Semua adalah relatif. Apa yang benar / baik bagi seseorang, belum tentu benar / baik bagi orang lain. Yang ada adalah kebenaran subjektif.

Ternyata subjektifitas itu mencakup seluruh aspek hidup manusia, baik sisi badani dan rohani. Ya…, dan bahkan sudah cukup banyak yang mempraktekkannya dalam hidup sehari-hari.

Mempraktekkan cara tersebut dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari, seperti memilih idola yang sesuai dengan pandangan subjektif kita adalah suatu tindakan sangat membahayakan. Sebab tanpa kita sadari, kita telah digiring untuk percaya bahwa tidak ada suatu kebenaran yang mutlak. Segala sesuatu diukur dengan sangat subjektif; suka atau tidak suka, senang atau tidak senang, kita sedang digiring ke sana.

Kita ambil contoh misalnya, dalam dunia peradilan dapat kita lihat. Pasal-pasal beserta butir-butir ayat dalam Kitab Perundang-undangan ditafsirkan seenaknya dengan maksud agar membela salah satu pihak, sekalipun dalam pandangan awam kita dapat melihat siapa yang salah dan siapa yang benar

Barangkali ini juga mengapa saat ini, tidak sedikit orang yang melakukan kebenaran malah dihukum dan orang yang jelas-jelas berbuat kejahatan, membunuh, korupsi, melakukan terorisme, melakukan tindakan anarkis, mereka bahkan hidup bebas berkeliaran. Kalaupun dikatakan telah diproses, sampai kapan proses tersebut berakhir? Ini adalah dampak filosofi postmodern di dunia peradilan.

Filosofi postmodern ternyata juga telah cukup lama merambah ke dalam dunia ekonomi atau marketing. Tidak sedikit para pengusaha yang cerdik dengan penuh semangat menggunakan dan mengaplikasikan filosofi tersebut dalam memasarkan produknya. Mereka berupaya sedemikian rupa untuk mempengaruhi perasaan subjektif calon pembelinya.

Banyak di antara kita menjadi subjektif dalam menilai suatu barang yang hendak kita beli Barangkali sering kita melihat ada seorang pembeli yang terkecoh dan akhirnya membeli sebuah produk, hanya karena melihat iklan atau Sales Promotionnya yang cantik atau ganteng. Kita tidak lagi menilainya dari segi manfaat dan kebutuhan. Melainkan karena subjektifitas yang ada dalam perasaan kita.

Kita baru saja mengamati bersama-sama pengaruh yang dibawa oleh filosofi Postmodern di dalam dunia entertainment, peradilan dan marketing. Lalu bagaimanakah pengaruh filosofi postmodern dalam kehidupan rohani?

Dalam kehidupan rohani, filosofi postmodern tersebut juga harus diwaspadai. Karena pengaruhnya sangat berbahaya bagi pertumbuhan iman kita. Sebab jika kita menerima pandangan tersebut, maka dengan sendirinya, tanpa disadari, kita mengakui bahwa kedaulatan Allah tidaklah mutlak.

Ingatlah bahwa masih ada dan akan tetap ada yang namanya kebenaran dan kebaikan yang mutlak. Yaitu; Allah sendiri.

TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat. Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati. Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya.

Mazmur 25: 8-10

Dari dulu, sekarang dan yang akan datang Allah tetap setia, benar dan baik. Dia tidak berubah. Bahkan penilaiannya selalu objektif. Tidak seperti manusia yang cenderung subjektif dalam menilai.

.... "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."

I Samuel 16: 7